Gubernur Aceh Nova Iriansyah yang diwakili Asisten III Setda Aceh Iskandar menghadiri peringatan 16 tahun Hari Damai Aceh tahun 2021.
Kegiatan tersebut berlangsung sederhana di Gedung Serba Guna Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh, Minggu (15/8/2021).
Tidak ada tokoh perdamaian, baik dari Aceh maupun pemerintah pusat, yang hadir langsung pada acara tahunan tersebut.
Bahkan Wali Nanggroe Aceh, Tgk Malik Mahmud Al Haytar dan Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Muzakir Manaf alias Mualem sendiri juga tidak hadir.
Menurut informasi yang diterima Serambinews.com, Malik Mahmud tidak hadir karena kondisi kesehatan yang menurun tapi tetap memberikan sambutan secara virtual.
Asisten III Setda Aceh Iskandar membacakan sambutan tertulis Gubernur Aceh yang berhalangan hadir. Ada dua pesan penting yang disampaikan dalam kesempatan itu.
Pertama, kata Iskandar, yang paling penting diwujudkan masyarakat Aceh adalah mensyukuri nikmat damai yang telah diperoleh dan mengisi damai itu dengan amalan-amalan kebaikan yang sebesar-besarnya.
“Dalam memaknai damai ini, marilah kita menempatkan diri sebagai hamba Allah yang taat dan mensyukurinya sebagai nikmat dan rahmat dari Allah SWT,” katanya.
Artinya, sambung Iskandar, dalam mengisi damai semua elemen masyarakat tidak boleh melupakan Allah yang telah memberikan nikmat damai tersebut.
“Perlu diketahui bahwa setiap nikmat itu dapat menjadi pembuka atau penutup pintu pada nikmat lainnya. Karena untuk mengundang nikmat yang lebih besar, adalah dengan bersyukur atas nikmat yang telah ada,” ujarnya.
Kedua, lanjut Iskandar, selama 16 tahun perdamaian, Aceh telah banyak mengalami kemajuan di berbagai sektor pembangunan, baik sektor ekonomi , pendidikan, infrastruktur maupun sektor-sektor penting lainnya.
“Maka sangat tidak berlebihan kalau kita mengatakan bahwa perdamaian benar-benar menjadi fondasi dalam mensukseskan pembangunan menuju Aceh yang bermartabat,” ucapnya lagi.
Walaupun disadari bahwa dalam perjalanan 16 tahun damai Aceh, banyak tantangan yang dihadapi, terutama sejak dua tahun terakhir ketika pandemi Covid-19 melanda dunia termasuk Aceh.
“Perlu saya garis bawahi bahwa, untuk merespons tantangan yang semakin meningkat dalam usaha menjaga perdamaian Aceh pada situasi Covid-19 saat ini, maka aspek bina damai perlu menjadi bagian dalam upaya
penanggulangan pandemi secara komprehensif,” pesan Iskandar.
Karenanya Gubernur Aceh berharap, kata Iskandar, pemangku kepentingan dan seluruh elemen masyarakat perlu memastikan partisipasi inklusif dalam upaya bina damai.
Yang harus diprioritaskan adalah menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif untuk mendukung upaya bina damai di masa pandemi ini.
“Saya menegaskan bahwa upaya bina damai membutuhkan sinergi antara seluruh elemen dalam sistem pemerintahan. Dalam hal ini Badan Reintegrasi Aceh dan SKPA terkait lainnya harus mampu mengintegrasikan pendekatan yang terbaik terhadap permasalahan yang terjadi dalam upaya penanganan pandemi di masa damai,” kata Iskandar.
Disisi lain, tambah Iskandar, Aceh patut bersyukur bahwa kesuksesan bina damai yang berkelanjutan pasca konflik di Aceh telah mendapat perhatian dan dijadikan model bagi beberapa kawasan negara di Asia Tenggara.
Seperti Myanmar dan Filipina yang beberapa waktu yang lalu sempat berkunjung ke Aceh untuk mempelajari terkait penyelesaian konflik dan upaya merawat damai pasca konflik di Aceh.
Bahkan tak sedikit para peneliti dunia menjadikan Aceh sebagai laboratorium dalam melakukan riset dan studi kajian terkait konflik dan perdamaian.
“Keberhasilan ini tentu harus terus dipertahankan, sehingga Aceh di masa mendatang benar-benar menjadi frame/bingkai perdamaian dunia,” demikian sambutan Gubernur Aceh yang dibacakan Iskandar.